Depan Profil Sejarah Desa .......

Sejarah Desa .......

Sejarah Desa Cipedes     

 

                         Alkisah pada masa penyebaran Agama Islam di tanah pasundan sunan Gunung Jati melaksanakan perjalanan dalam rangka menyebarkan agama Islam dan mencari tempat untuk dijadikan padukuhan sampailah ke daerah Kuningan, perjalanan di teruskan ke arah selatan sampailah ke suatu tempat yang kemudian diberi nama hamin, awalnya rombongan akan mendirikan padukuhan di daerah tersebut tetapi karena dinilai kurang cocok sehingga rombongan kembali bergerak ke arah timur dan sampailah disuatu tempat yang di nilai cukup baik untuk dijadikan pedukuhan, kemudian rombongan berhenti dan mulai membuka hutan untuk dijadikan pedukuhan atau kampung yang dalam bahasa sunda di sebut ngababak babak, yang kemudian dijadikan nama daerah tersebut Babakan yang berasal dari kata Ngababak.

                         Selang beberapa waktu kemudian pemimpin rombongan dan para tokoh melakukan musyawarah dan sepakat mereka akan memindahkan kembali padukuhan tersebut ke tempat lain yang dinilai strategis, kemudian rombongan bergerak kembali ke arah timur untuk mencari tempat yang strategis sedangkan padukuhan yang ada di babakan diteruskan oleh beberapa keluarga yang sengaja ditugaskan untuk meneruiskan padukuhan tersebut. Kemudian rombongan sampailah kesuatu tempat yang dianggap cocok untuk dijadikan kampung atau padukuhan kemudian mereka membangun ntempat tersebut dan diberi nama Dukuh. Ketika bermukim di daerah dukuh ada seorang bangsawan yang berasal dari Cikasi yang meninggal dunia yang bernama Pangeran Salingsingan dan kemudian dimakamkan disana sampai sekarang makam atau petilasannya masih ada.

                        Karena dinilai kurang strategis dan terlalu sempit sehingga mereka sepakat untuk memindahkan kembali padukuhan tersebut ke arah utara dan sampailah di sebuah tempat yang cukup luas dan strategis untuk membangun padukuhan, kemudian mereka membangun daerah tersebut menjadi padukuhan dan memberi nama daerah tersebut padukuhan atau kampung Cipedes. Awal di beri nama cipedes karena ketika rombongan berjalan menuju daerah tersebut menemukan sebuah sungai kecil yang airnya sangat jernih, dikarenakan rasa haus semua rombongan minum dari sungai tersebut, alangkah kagetnya semua rombongan karena ketika meminum air tersebut rasa air tersebut begitu pedas seperti air cabai sehingga ketua rombongan berkata suatu saat nanti jika daerah ini menjadi kampung atau desa akan diberi nama Cipedes yang artinya air yang pedas, sehingga sampai sekarang karakter masyarakat cipedes sangat keras tetapi tetap baik dan santun.

                         Ketika rombongan melewati sebuah tempat ketua rombongan menancapkan sebuah tongkat yang berasal dari cabang pohon gandasari, ajaib tongkat tersebut tumbuh menjadi pohon yang merupakan spesies langka yaitu pohon gandasari yang konon hanya ada dua pohon di indonesia yaitu yang ada di Cirebon dan Cipedes. Kemudian rombongan membuka tempat tersebut dan diberi nama Cipedes.

                        Lama kelamaan kampung tersebut semakin berkembang yang dijadikan tokoh atau pemimpin di padukuhan tersebut dan dianggap leluhur desa Cipedes yaitu Tumenggung Jagadana yang sampai sekarang tidak diketahui darimana asalmuasalnya, sampai sekarang makam beliau masih ada dan dirawat di areal pemekaman umum astana gede. Selain Tumenggung jagadana tokoh yang dianggap leluhur desa cipedes antara lain eyang Buyut Baki yang makamnya terletak di Astana Leutik.

                        Pada jaman penjajahan belanda masyarakat Desa Cipedes ikut merasakan bagaimana pedihnya dan susahnya jaman penjajahan belanda, dan yang paling terasa ketika terjadi pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Masyarakat dipaksa untuk menyediakan makanan untuk perbekalan mereka jika menolak mereka tak segan segan membunuh masyarakat, keadaan sangat mencekam setiap malam masyarakat meninggalkan rumah untuk bersembunyi di daerah yang dirasa aman dari kekejaman DI/TII yang oleh masyarakat desa Cipedes sering disebut Gorombolan. Banyak rumah penduduk yang dibakar oleg gorombolan dan harta benda milik masyarakat diambil oleh mereka, puncaknya sekitar tahun 1954 semua rumah penduduk dibakar diratakan dengan tanah, bahkan sampai menelan korban jiwa ada yang dibakar hidup hidup dan di sembelih lehernya oleh gorombolan. Akibat kejadian tersebut masyarakat Desa Cipedes mengungsi ketempat yang aman mereka semua mengungsi ke desa Longkewang, Purwasari dan Garawangi. Sebelum kejadian pembakaran rumah penduduk, masyarakat Desa Cipedes menolak memberikan makanan kepada pihak gorombolan dan masyarakat bahu membahu melawan kekejaman gorombolan sehingga membuat gorombolan marah besar dan membakar seluruk rumah di Desa Cipedes.

                       Ketika situasi dirasa cukup aman masyarakat desa cipedes kembali pulang dari pengungsian dan dikarnakan rumah mereka semua habis dibakar sehingga mereka sepakat untum memindahkan kampung ke arah barat, pada waktu itu kepala Desa yang memimpin Bapak Kuwu Bahri. Masyarakat bahu membahu membangun kembali desa yang sudah hancur dan tetap memakai nama Desa Cipedes. Pada masa penjajahan baik belanda maupun Jepang dan pada saat terjadi pemberontakan DI/TII atau Gorombolan masyarakat Desa Cipedes senantiasa ikut berjuang dengan pejuang kemerdekaan laskar dan tentara, sehingga banyak masyarakat cipedes yang mendapatkan penghargaan menjadi Veteran.

 

 

                       Menurut cerita dari leluhur kepemimpinan desa cipedes sudah terjadi beberapa kali penggantian antara lain:

1.            Eyang tumenggung Jaga Dana

2.            Embah Buyut Baki

3.            Kuwu Jangkung

4.               Kuwu Sainda

5.               Kuwu Bakri  (19.... – 1971)

6.               Kuwu Parman  (1971 – 1979)

7.             Kuwu Ahad  (1979 – 1987)

8.             Kuwu Parman  (1988 – 1997)

9.             Kuwu Sahri  (1997 – 2007)

10.          Kuwu A Rusdiana  (2007 – 2013)

11.          Kuwu Pahing  (2013 – 2019)

Kuwu A Rusdiana  (2020 – Sekarang)